Selasa, 26 Juli 2016

Sandal Wedges Aura

Sandal Wedges Aura: Sandal wedges aura mode gaya wanita 3478161

Rp 60000

Sandal Wedges Aura Pita Cantik.

tersedia bermacam warna wedges dan ukuran.

Rp.60.000,-

minat chat wa : 083822751700 ( wulan )...

Jumat, 22 Juli 2016

5 pada yang 5

Duhai anakku, 
Pahamilah, bahwa, 
Dalam diri kamu diciptakan sesuatu yang dapat menunjukan kebenaran kenabian dan kejujuran kerasulannya. 
Dalam diri kamu juga diciptakan sesuatu yang dapat menunjukan kebenaran syariat yang Rasulullah bawa dan pengikut Sunnahnya.

Wahai anakku, 
Bukankan normalnya jari jemari pada setiap tangan dan kaki jumlahnya lima? demikian pula jumlah sendi-sendi syariat Islam, dimana rukun Islam ada lima. Sehingga Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wassalam Bersabda : “Islam didirikan di atas lima perkara : Syahadat (kesaksian), bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad Utusan Allah, mendirikan shalat, memberikan zakat, pergi haji ke Baitullah al-Haram dan puasa Ramadhan.” (Hr. Bukhari).

Kemudian anakku,

lima yang kedua adalah shalat fardhu yang jumlahnya lima, sedangkan lima yang ke tiga adalah zakat yang pada nisabnya juga lima, lima yang ke empat adalah Rasulullah Muhammad bersama pada sahabat pendukungnya, yaitu :

Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali,

maka jumlah mereka bersama Rasulullah adalah lima.

Adapun lima yang ke lima adalah Ahlul Bait. Meraka adalah Muhammad Shallallahu'Alaihi Wassalam., Ali, Fatimah,hasan, husein. Tentunya dengan tidak mengabaikan dan melupakan keluarga dan isteri isteri Rasulullah lainnya. 

Anakku, 
Ketika sendi-sendi agama Islam dapat kokoh dengan menjalankan rukun-rukun syariat, mencintai para sahabat dan kelurga dekatnya, maka dalam diri kamu diciptakan anggota tubuh sebanyak lima agar menjadi isyarat. Karena rukun Islam yang berjumlah lima, menduduki posisi panca indera. Sebab dengan kelima indera yang ada ini kamu sanggup merasakan dan melihat segala sesuatu. Demikian pula, bila kamu menjalankan lima rukun Islam, maka kamu akan menemukan rasa segala sesuatu, mendapatkan pengetahuan, ma’rifat kepada Allah Yang Maha Pengasih dan mendapatkan ilmu haqul yaqin. 

Indera mata misalnya, akan mengajak kamu untuk menjalankan rukun-rukun shalat, sebab Rasulullah Bersabda : “Dijadikan ketenangan mata saya pada shalat.”

Sementara indera peraba mengajakmu untuk menunaikan zakat. 
Allah Subhannahu wa Ta'ala Berfiman : “Ambillah dari sebagian harta kekayaan mereka suatu sedekah (zakat)” (Qs. At-Taubah : 103).

Sedangkan indera rasa mengajak kamu untuk meninggalkan rasa makanan demi menjalankan rukun agama, indera pendengar mengajak kamu untuk mendengarkan panggilan : 
“Dan serulah kepada ummat manusia untuk berhaji.” (Qs. Al-Hajj :27).

Sementara indera pencium (pembau) mengajak kamu untuk menghirup nafas Tauhid : 
“Sesungguhnya saya menemukan bau ‘Jiwa” ar rahman dan ar rahim.  "

Maka anakku, 
indera-indera ini menajakmu untuk menjalankan sendi-sendi agama yang ada lima.

Duhai anakku, 
Allah menjadikan lima jari-jemari tangan kamu sebelah kanan menduduki posisi Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wassalam Dan sahabat-sahabat yang bersamanya, yaitu : Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali ra. 
Sebab, 
ketika Nur (Cahaya) Muhammad shallallahu'alaihi wassalam diciptakan di kening/dahi Adam, para malaikat menyambut dan memberikan salam kepada Nur Muhammad, sementara Adam sendiri tidak tahu. Lalu ia berkata kepada Tuhan :“Ya Tuhan, saya senang bila bisa melihat Nur anak saya, Muhammad . Maka hendaknya Engkau memindahkannya ke salah satu bagian tubuh saya, agar saya dapat melihatnya.” Akhirnya Allah memindahkan nur Muhammad ke telunjuk jarinya sebelah kanan.  Adam pun melihat cahaya gemerlapan di telunjuknya, lalu ia mengangkatnya sembari berkata : “Saya bersaksi bahwa Tiada Tuhan Selain Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Utusan Allah,”. 

Oleh karenanya anakku, 
Jari telunjuk disebut al-Musabbihah (alat untuk bertasbih). 

Kemudian Adam bertanya lagi : “Wahai Tuhan, apakah di dalam tulang rusuk saya ini masih ada sesuatu dari nur ini? Allah menjawab : “Ya, Nur (cahaya) sahabat-sahabatnya, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali.” Maka cahaya Ali berada di Ibu Jari, Cahaya Abu Bakar berada di jari tengah, cahaya umar berada di jari manis, sedangkan cahaya Utsman berada di jari kelingking. Sebagian pendapat ada yang mengatakan, bahwa jari jemari tersebut diciptakan di tangan kamu agar dengan ujung-ujungnya kamu sanggup menggenggam cinta kepada lima orang tersebut. 

Wahai anakku, 
Kamu jangan membedakan diantara para sahabat sahabat tsb ,Sebab Allah Ta'ala, telah mengumpulkan mereka dengan firman-Nya: 
“Muhammad Rasulullah dan orang-orang yang bersamanya.” (Qs. Al-Fath : 29).

Duhai anakku, 
Allah menciptakan lima jari jemari tangan kanan kamu untuk mengingatkan lima orang Ahlul Bait, dimana Allah telah menghilangkan kotoran (dosa) dari mereka dengan firman-Nya : “Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan kotoran (dosa) dari kalian hai Ahlul Bait, dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya.” (Qs. Al-Ahzab : 33).

Rasulullah Bersabda : “Ayat ini diturunkan mengenai diri kami dan Ahlul Bait, yaitu saya. Ali, Fatimah, Hasan dan husain.”
Kemudian,
Allah menjadikan kelima jari jemari kaki kamu sebagai isyarat yang mengingatkan shalat lima waktu yang diwajibkan kepadamu. 
Sehingga kamu melaksanakannya berdiri di atas telapak kakimu, karena ia mengabdi kepada Allah di atas bumi. Pengabdian itu memang dari kedua talapak kaki. Oleh karenanya Allah menjadikan telapak kaki kanan kamu untuk mengingatkan shalat lima waktu, sementara telapak kaki kirimu memberi isyarat tentang kewajiban nisab zakat, yakni lima dirham. 

Maka anakku, 
perintah shalat selalu dibarengi dengan perintah zakat. 
Sehingga kedua telapak kaki kamu memberi isyarat tentang shalat dan zakat.

Nak,
Dalam dirimu, Allah juga menjadikan sesuatu yang memberi isyarat tentang kematian, hari Kebangkitan, nikmat dan siksa kubur, dimana isyarat tersebut adalah kegiatan tidur kamu dan apa saja yang kamu impikan sewaktu tidur. Dalam mimpimu bisa melihat sesuatu yang menyenangkan sehingga sewaktu bangun kamu pun masih merasakan kebahagiaan. Tapi ada pula yang menyedihkan, sehingga kamu pun merasa tersiksa. Orang tidur ibarat mayat yang kehilangan perasaan, maka ia tidak mampu melihat, mendengar dan memahami. Kemudian dijadikan suatu pendengaran, penglihatan dan pemahaman, akhirnya sanggup mendengar, melihat dan memahami. Ia melihat dirinya pergi ke mana pun ia inginkan, makan dan minum apa yang ia inginkan. Kondisi ini adalah sama dengan nikmat dan siksa yang dilihat dan dirasakan oelh mayat selama di alam barzah (kubur) antara kematian dengan kebangkitan. Setelah tidur, kemudian kamu dibangunkan oleh Allah, dan bukan atas kehendak atau usahamu sendiri. Kalau kamu sanggup menolak untuk dibangunkan, maka kamu akan sanggup menolak untuk dibangkitkan di hari Kebangkitan nanti. Demikianlah, sangat tidak benar bila orang mengingkari hari Kebangkitan setelah kematian. Mereka adalah orang-orang zindiq, atheisme dan para filosuf. 

Kita juga dapat menolak pendapat orang-orang Mu’tazillah yang mengingkari adanya nikmat dan siksa kubur.

Allahu a'lam. 

Kamis, 21 Juli 2016

Kebajikan dan Dosa

Renungan 17 syawal 1437 H

"Kebajikan dan Dosa"

Al-Birru adalah :  kata yang menunjuk kepada segala macam bentuk tindak kebajikan, dan
Al-itsmu adalah : kata yang menunjuk kepada perbuatan dosa dengan segala macam jenis dan tingkatannya.

Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wassalam menerangkan bahwa yang dimaksud dengan “al-birru” adalah : semua bentuk prilaku yang mulia.

Maka,
Mintalah pertimbangan kepada hatimu.sebab, Al-birru adalah segala sesuatu yang jiwa dan hati merasa tenang (bila melakukannya). Adapun al-itsmu adalah segala sesuatu yang terbersit pada nafsumu namun hatimu ragu (untuk melakukannya) meskipun banyak orang yang memberikan masukan padamu (membolehkan kamu untuk melakukannya).

Manusia diciptakan oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala dengan naluri yang suka terhadap kebenaran dan tenang bila melakukan kebajikan. Karenanya, jika manusia berada dalam kebimbangan maka hendaknya dia memilih al-birru, yaitu pilihan yang bisa menimbulkan ketenangan hati, jangan sampai memilih al-itsmu atau pilihan yang menyebabkan hati bertambah bimbang, gundah, dan gelisah.

Pada dasarnya, al-birru memang mempunyai 2 kemungkinan penggunaan,yakni :

1. Berbuat baik kepada sesama makhluk.

Contohnya :
–> birrul-walidain yang artinya :  berbuat baik kepada kedua orang tua.

Bila kata al-birru disandingkan dengan kata at-taqwa, maka arti al-birru adalah :
---> berbuat baik kepada sesama makhluk, dan arti at-taqwa adalah : ---> taat kepada Allah Ta'ala dengan menjalankan semua perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Selain itu,
al-birru juga bisa diartikan dengan melakukan semua kewajiban sedangkan at-taqwa diartikan dengan menjauhi segala larangan.

2. Segala bentuk ketaatan, baik jasmaniah maupun ruhaniah.

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan  (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”(QS [2]:177).

Makna kedua ini lebih umum. Mencakup semua bentuk kebajikan baik yang jasmaniah maupun ruhaniah, seperti menafkahkan harta untuk kebaikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, menepati janji, sabar menanggung rasa sakit, menerima dengan lapang dada kemiskinan yang sedang menimpanya dengan terus melakukan usaha, menerima ketetapan-ketetapan Allah Ta'ala lainnya, dan juga sabar serta tegar menghadapi musuh.

Al-Itsmu atau perbuatan dosa mempunyai dampak negatif internal bagi jiwa manusia. Perasaan bersalah, bingung dan berontak seringkali muncul dalam jiwa seseorang yang melakukan perbuatan dosa. Hal ini karena tabiat manusia memang tidak suka dengan perbuatan dosa,karena Al-itsmu adalah segala sesuatu yang terbersit pada nafsumu, dan hatimu ragu (untuk melakukannya).
Ia juga mempunyai dampak negatif eksternal, yaitu perasaan malu bila diketahui oleh orang lain.

Al-Itsmu juga adalah segala hal yang menyebabkan hati menjadi kotor dan sakit.

Tingkat tertinggi identifikasi perbuatan dosa adalah bila perbuatan itu tidak disukai oleh orang yang akan melakukannya dan orang lain juga tidak suka bila perbuatan itu dilakukan. Namun, bila muncul keraguan dalam menentukan apakah suatu perbuatan termasuk dosa atau tidak, hendaknya kita mengikuti petunjuk Rasulullah untuk meminta pertimbangan hati nurani.

Rasulullah bersabda :
" Istafti qalbaka, wa in aftawka wa in aftawka wa in aftawka ---> Mintalah saran pada qalb-mu, meski orang telah memberi saran kepadamu, meski orang telah memberi saran kepadamu, meski orang telah memberi saran kepadamu.”(HR. Ahmad bin Hanbal dari Wabishah).

Oleh karena itu, suara hati nurani harus selalu dikedepankan. Bila banyak orang memberikan masukan namun bertentangan dengan suara hati maka yang harus dikedepankan  adalah suara hati. Kita harus menyadari bahwa pandangan orang hanya mempertimbangkan sisi lahiriah saja, sedangkan yang mengetahui sisi dalam diri manusia adalah diri orang itu sendiri. Suara hati nurani sejatinya merupakan bisikan ketakwaan dan kehormatan al-wara’. Orang yang di dalam hatinya muncul rasa pengingkaran terhadap dosa adalah orang yang dilapangkan dadanya oleh Allah. Sedangkan masukan orang lain sering kali hanya berdasarkan dugaan-dugaan semata.

Namun, bila fatwa seseorang didukung dengan dalil syar’i yang kuat, maka seorang muslim hendaknya mengikuti fatwa tersebut, meskipun dia berat menerimanya. Allahu a'lam.

Kamis, 14 Juli 2016

Renungan Syawal 1437 H

Renungan Syawal.

Tidurlah didalam pelukan Syukur,berbantalkan sabar,berselimut pasrah,sambil beribadah menantikan pertolongan Allah Subhannahu wa Ta'ala.
Yakinlah! Jika seseorg bersikap dan berbuat demikian,Allah akan melimpahkan karunia yg tdk di duga.

" Disana pertolongan itu hanya dari Allah Yang Hak" (QS.Al-Kahfi :4).

Selalu bersyukurlah kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala atas segala nikmat-Nya,dan pandanglah bahwa kenikmatan itu datang dari Allah Azza wa Jalla,sebagai mana Allah berfirman :

" Dan apa saja nikmat yg ada pada kamu,maka dari Allah-lah ( datangnya) "
(QS.An-Nahl :53).

Insya Allah. Wassalam :)