Ada Malaikat Muqarrabin, ada Manusia Muqarrabin.
Bisakah Manusia menjadi seperti bagaikan Malaikat Muqarrabin ?
Apa yang dimaksud Muqarrabin ?
Yaitu :
---> orang yang dekat ,sangat dekat dengan Allah Subhannahu wa Ta'ala.
Siapa mereka?
Yakni :
---> golongan mukmin yang hati dan perasaan dekat hanya kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala .
Setiap amalannya penuh khusyu' dan ikhlas kepada Allah Ta'ala.
---> Mereka itulah golongan yang sangat dekat dengan Allah Ta'ala disebabkan pengorbanan mereka dalam menegakkan agama Allah Subhannahu wa Ta'ala. Bahkan nyawapun sanggup mereka korbankan semata-mata untuk mempertahankan agama Allah .
Karena hal itulah mereka mendapat kedudukan yang begitu tinggi di sisi Allah Subhannahu wa Ta'ala.
Firman Allah Subhannahu wa Ta'ala : “Adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang-orang Muqarrabin (didekatkan kepada Allah), maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta syurga kenikmatan. (QS.al-Waqi'ah: 88-89).
Bagaimana ciri ciri manusia muqarrabin ?
Yaitu :
---> Bermuhasabah :
Orang berakal yang hendak menyelamatkan dirinya daripada semua kebinasaan, serta ingin pula ianya dimasukkan oleh Allah ke dalam golongan orang-orang yang muqarrabin dalam semua perjalanan dan tindak-tanduknya, apabila ia berazam hendak melakukan sesuatu perkara,atau dengan cara perkataan ataupun perbuatan, ia terlebih dahulu hendaklah menyadari bahwa ia akan ditanya oleh Allah, tentang perkara itu.
Firman Allah Subhannahu wa Ta'ala :
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."(QS. al-Hasyr : 18).
Karena itu,
hendaklah seseorang itu menyediakan jawaban bagi pertanyaan pertanyaan Allah sebelum ia memulainya.
Sekiranya ia rasa bahwa dia bisa memberi jawaban yang benar dan lurus serta diridhai oleh Allah, maka bolehlah ia memulai perkara itu.
Dengan cara demikian,
Ia akan memperolehi kepujian di dunia dan di akhirat.
Sebaliknya,
kalau ia rasa bahwa jawabannya tidak memuaskan dan tidak akan diridhai oleh Allah,maka ia hendaklah menjauhi diri dari perkara maksiat dan dosa karena perkara itu akan membawa akibat buruk kepadanya kalau dilakukannya.
Orang yang pandai adalah yang menghisab (menilai) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah.
Dasar ini adalah menjadi asas bagi semua perbuatan dan perkataan.
Barangsiapa yang berpegang teguh dengan dasar ini, maka Adabnya berdasarkan kelurusan, baik pada lahiriah maupun bathiniah, dan tidak ada cacat.
Seperti dalam nasehat Saydina Umar al-Khattab r.a :"Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab (Allah) dan timbanglah dirimu sebelum ditimbang (Allah) serta bersiap-siaplah untuk menghadapi hari pemeriksaan yang paling besar (hari kiamat".
---> Mengharap ridha Allah semata-mata.
Seorang Muslim tidak patut melakukan sesuatu perbuatan atau melafazkan sesuatu perkataan melainkan karena mencari keridhaan Allah.
Kalaulah seseorang itu bertujuan benar untuk mencari keridhaan Allah dan di samping itu hatinya bersih dari segala tujuan yang lain, serta berpegang teguh dengan dasar ini, ia tetap tidak akan berkata atau melakukan sesuatu perbuatan melainkan setelah ia yakin dan berhemat-hemat. Semua amalannya akan tetap ikhlas.
Firman Allah Ta'ala dalam al-qur'an surah Al-Kahf ayat 28:
"Dan bersabarlah kamu hai Muhammad bersama-sama dengan orang-orang yang menyerukan Tuhan mereka di waktu pagi dan petang dengan mengharapkan keridhaan Allah."
Dan firman Allah dalam surah Al-Lail ayat 9:
"Pada hal tidak ada padanya budi seorang yang patut dibalas melainkan karena hendak mencari keridhaan Tuhan yang maha Tinggi dan Tuhannya akan meridhainya."
---> Mengeratkan Silaturrahim.
Seorang Muslim, hendaklah mempunyai penuh perasaan belas kasihan kepada semua saudara Muslim tanpa membeda bedakan di antara kaya dan miskin, berpangkat atau tidak berpangkat.
Ia hendaklah menyempurnakan segala hak mereka sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Islam seperti memuliakan, menghormati dan menolong mereka.
Kalaulah ia berpegang teguh kepada dasar ini dengan tulus ikhlas niscaya Allah akan melimpahkan cahaya dan rahmat-Nya ke atas seluruh jasadnya, dan dianugerahkan pula rasa kemanisan rahmat itu.
Firman Allah Subhannahu wa Ta'ala dalam Surah Al-Ambiyaa', ayat 107 :
"Tidak kami utuskan engkau hai Muhammad melainkan karena rahmat kepada sekalian alam."
Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wassalam bersabda:
Rahim (tali persaudaraan) itu digantungkan pada Arsy, ia berkata: "Barang siapa yang menyambungku (berbuat baik kepada kerabat), maka Allah akan menyambungnya dan barang siapa yang memutuskan aku, maka Allah pun akan memutuskannya." (Hadits Shahih Riwayat Muslim).
Hadits riwayat Jubair bin Muth`im ra.:Dari Nabi Muhammad Shallallahu'Alaihi Wassalam bahwa beliau bersabda:
"Tidak akan masuk Syurga orang yang memutuskan hubungan kekeluargaan."
(Hadits Shahih Riwayat Muslim ).
Hadits riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wassalam bersabda: "Barang siapa yang merasa senang bila dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung hubungan kekeluargaan (silaturahmi)." (Hadits Shahih Riwayat Muslim).
---> Menyempurnakan ADAB.
Adab ini berkenaan dengan akhlak yang sebenar benarnya. Bukan akhlak yg dibungkus kemunafikan. :)
Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala berkenaan ciri-ciri akhlak Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam:
Firman Allah :
"Dan bahwa sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) mempunyai akhlak yang amat mulia. (QS. al-Qalam : 04).
Seterusnya Allah menyuruh kita meneladani akhlak Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam tersebut:
"Demi sesungguhnya, adalah bagi kamu pada diri Rasulullah itu contoh ikutan yang baik,yaitu bagi orang yang senantiasa mengharapkan (keridhaan) Allah dan (balasan baik) hari akhirat,serta ia pula menyebut dan mengingati Allah banyak-banyak (dalam masa susah dan senang).(QS. al-Ahzab : 21).
Antara tujuan Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam diutus adalah menyempurnakan akhlak yang mulia dan sahih:
Sesungguhnya aku diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak yang shalih.
[ Sahih: HR.al-Bukhari ].
Akhlak yang mulia mencerminkan kesempurnaan iman:
Nabi Muhammad Shallallahu'Alaihi Wassalam bersabda :
"Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya.[Hasan Sahih: HR.al-Tirmizi ].
Dasar ini merupakan pati dan intisari agama Islam.
Seorang hamba Allah hendaklah beradab dan bersifat lemah lembut terhadap keluarga, sahabat-sahabat dan seluruh kaum Muslimin.
Firman Allah Ta'ala :
"... Dan katakanlah kepada manusia dengan perkataan yang baik ... " yaitu tidak mengatakan sesuatu yang keji. (QS. al-Baqarah ayat 83).
Ini berarti bahwa bukan saja dikehendaki mengatakan perkataan yang baik malah yang lebih baik daripada itu,yakni dengan Adab.
Pendeknya apa saja perkataan dan perbuatan baik yang kamu suka dikatakan atau dibuat orang kepada kamu, maka katakan dan buatlah kepada makhluk-makhluk Allah Ta'ala,
Sebaliknya,
apa yang kamu benci dari orang lain terhadap diri kamu, baik perkataan ataupun perbuatan yang keji, maka hendaklah kamu jauhinya karena Allah akan berbuat kepada hamba-Nya mengikut sifat dan perangai hamba itu terhadap makhluk-Nya.
Balasan Allah terhadap sesuatu sifat hamba adalah dengan bentuk yang sesuai dan sewajar dengannya.
Maka,
marilah kita berusaha menjadi mukmin yang muqarrabin dan di kasihi oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala.
Buang segala sifat ananiyyah,tak punya adab,sombong, ego, bangga diri dan sifat-sifat mazmumah dan hiasailah akhlak dengan sifat-sifat mahmudah.
Beradablah agar tidak menjadi manusia biadab.
Allahu a'lam. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar