Seseorang di sebut ustadz sebab ia adalah orang alim ---> (berilmu)
Dan mereka itu adalah :
---> Innamaa yakhsyaa allaaha min ‘ibaadihi al’ulamaau inna allaaha ‘aziizun ghofuurun ---> mereka adalah orang yang takut pada Allah.(Lihat ---> al-Qur’an surah Faathir ayat 28).
Ustad yang sebenar benarnya ustad itu bukan orang yang mudah mengeluarkan fatwa-fatwa tertentu berkaitan dengan hukum maupun kaidah agama sebelum mereka punya pengetahuan pasti yang luas dari berbagai perspektifnya.
---> mereka inilah orang yang cinta maupun bencinya hanya karena Allah ta’ala. Bukan karena uang,bukan karena dibayar televisi, bukan karena ia mencari rezeki dari jalan berfatwa maupun bertabligh apalagi untuk mencari kekuasaan.
Lantas,
Bagaimana dengan fenomena banyaknya orang memanggil seseorang ustad dan menggelarkan serta mengaku dirinya ustad ?
Bagaimana mengetahui apakah ia ustad yang sebenar benarnya ustad atau ustad ustadan ?
Yang sebenar benarnya Ustadz itu, didalam dirinya telah mencakup posisi :
---> Mudarris (pengajar, orang yang menyampaikan ajaran dihadapan orang lain).
---> Mu’allim (orang yang mentransformasikan ilmu, membuat orang yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, tentunya ustadz sendiri adalah orang yang alim alias berilmu).
---> Muaddib atau Musyrif (orang yang mengajar Adab, etika dan moral) sehingga orang yang tadinya tidak berAdab,buruk akhlak menjadi syarif (berakhlak mulia).
---> Murabbi, yaitu guru yang memaintenance, guru yang melakukan perawatan secara berkala terhadap ilmu-ilmu pengetahuan termasuk ilmu ADAB dan akhlak yang ia sampaikan pada orang tertentu maupun dalam ruang lingkup luas pada banyak orang melalui berbagai jalan (mulai dari tulisan, tingkah laku maupun lisan),
sehingga bisa saja ustadz pada akhirnya menempati posisi Mursyid.
Jadi,
Jika ia sudah masuk dalam tataran Mudarris, Mu’allim, Muaddib, Murabbi atau bahkan menjadi Mursyid ,maka insyaAllah benar ia seorang ustadz yg sebenar benarnya.
Meskipun mungkin secara jenjang akademik formal, ia tidak harus selalu memiliki keabsahan identitas secara tertulis. Apalagi bila sebaliknya.
Namun,
bila tingkah laku maupun pengajarannya justru tidak sesuai dengan kriteria-kriteria diatas ini maka boleh jadi ke-ustadz-annya itu cuma gelar dari masyarakat awam saja sebagai bentuk takzim atau hormat pada orang tsb (dan boleh jadi tergiring pula oleh kejahilan (kebodohan) atau tradisi dan kultur yang berlaku disekitarnya –termasuk pengaruh media).
Kemudian,
Jikapun kriteria ustadz belum semuanya terpenuhi komposisinya pada seseorang tertentu,
Sebaiknya ia disebut sebagai:
---> Dai (pendakwah),
--->muballigh (penyampai risalah),
--->khatib (orator).
Demikianlah,bahwasanya,
Ustadz, pengertian harfiahnya secara etimologi atau kebahasaan adalah guru (teacher) atau jika ingin lebih tepatnya lagi ia tidak sekedar mengajar tapi juga pendidik (educator). Bentuk jamak dari istilah ustadz adalah Asatidz.
Istilah ini wajarnya disandang oleh orang yang memiliki keilmuan serta pengetahuan luas yang dengannya ia mengajar orang lain.
Allahu a'lam :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar