Guru Hakiki dan Murid Siddiq
Seorang guru hakiki itu sudah mempunyai seribu pengalaman, guru hakiki itu tak butuh dikenali banyak orang lewat cara apapun, guru hakiki itu hanya menyampaikan ilmu Allah tanpa berharap dikenal siapapun.
semantara murid masih sebiji sawi pengalaman.
Oleh karena itu, jika kita mau menjadi orang yang betul-betul berilmu harus mempersering satu majlis, satu ruangan, bahkan talaqqi dengan guru.
seorang murid itu baru permulaan dalam menuntut ilmu, sehingga pengetahuannya masih terbatas. Sementara syeikh, guru, sudah nihayah, mempunyai pengetahuan yang kompleks.
Jika sering-sering murid bersama guru, tanpa perlu banyak baca buku akan mendapatkan ilmu-ilmu yang dipancarkannya, baik melalui statemen-statemennya maupun dari uraian-uraiannya yang merupakan saringan dari berbagai buku hasil bacaannya.
Jelasnya, tidak mengapa mengaku murid dari seorang guru, yang penting jaga ADAB, jadilah MURID YANG SIDDIQ.
Disini masalahnya, bnyk yg terpental krn tdk dapat Siddiq sbg murid.
Murid Siddiq itu ---> murid yang benar-benar menjalankan segala perintah dan meninggalkan segala larangan Gurunya, memberikan pengabdian terbaik sehingga menjadi orang pilihan, dekat dengan Guru secara jasmani dan ruhani----> menjaga Adab.
Boleh saja mengaku murid kepada seorang guru karena mendapatkan ilmu melalui tulisan tulisan yang dicetak dalam bentuk buku ataupun melalui media internet misalnya,
TAPI,
Wajib menggunakan Adab, tdk menyalah gunakan ilmu, tidak biadab berbuat sesuka hatinya terhadap sosok guru,tidak lantas mengaku aku sdh hebat, sudah tinggi ilmu, apalagi mengatas namakan guru untuk merekrut org2 buat sebuah pengajian dgn alasan penyambung silaturahmi pengajian A misalnya, padahal setan dalam dirinya punya misi agar dirinya diakui orang orang sebagai guru,menyebutnya guru dan tak sadar menerima sebutan itu karrna tak berani menegur dan mengatakan tegas bahwa ia bukan guru,semua terjadi tanpa sadar sebab dia menyampaikan ilmu .
Ada 2 hal dalam menuntut ilmu pada guru, bisa langsung berada dalam majlis, atau secara tidak langsung( bisa melalui buku ,tulisan,media internet,dsbnya),
Adapun,
Utk yg pernah belajar dan ikut lgsg dlm pengajian di majlis yang dipimpin seorang guru, bbrp lama dinamakan ---> dekat secara jasmani.
Setiap saat selalu melayani Guru ketika menjadi murid langsung, dan mengatur waktu berziarah secara berkala ketika secara jasmani jauh dari Gurunya.
Adapun sbg murid secara ruhani,belajar tdk bertemu lgsg,tdk didlm majlisnya, mempelajari dari buku buku yang ditulis,dari media internet milik guru tSb dsbnya , dinamakan ---> dekat secara ruhani.
Senantiasa menjaga Adab agar kontak ruhani dengan Guru senantiasa terjalin, sehingga hubungan tetap terjalin. ----> Menjadi murid yang Siddiq.
sebagaimana ADAB para sahabat terhadap Nabi Muhammad Shallallahu'Alaihi Wassalam .
Tidaklah bisa dikatakan murid dekat secara jasmani jika hanya datang 1x bertemu sang guru,sementara tidak pernah ikut dlm majlis.
Sama halnya jika satu saudara datang ke rumah seorang Syeikh misalnya,lalu pulang,tdk pernah ikut dlm majlisnya, apakah dibilang murid syeikh tsb ? TIDAK,
Tapi, dlm kunjungan silaturahim itu mendapat wejangan,mendapat wawasan satu ilmu dari sang syeikh.pertemuan tsb ---> bukan proses antara guru dan murid.
Murid langsung itu yg dtg ,lalu ikut majlis bbrp saat,lalu plg kerumah,bbrp wkt kemudian balik lagi utk melanjutkan pelajaran dimajlis,begitu seterusnya.
Jangan baru 1x bertemu lalu mengaku murid,bahkan merasa senior dari yang lain. Mudah2an dijauhkan dari hal ini. :)
Inilah yang dikatakan mereka itu murid asal-asalan, murid muridan, murit muritan jadi jadian.
Murit muritan ini hanya hubungan telah mengambil ilmu saja dari guru,cuma sekedar ijab qabul, selebihnya berbuat sesuka hatinya. Menekuni tauhid hakiki bukan niat karena Allah tapi karena tujuan duniawi, bisa karena ingin tajjali, ingin terkenal, keramat ,sakti,hebat,agar diakui berilmu tinggi,berpaham makrifat tinggi dan lain sebagainya. Allahu a'lam.
Nah,
Murid2an ini biasanya tidak akan bertahan lama,TERPENTAL .
Dan,
ketika masalah menimpa hidup sebagai bagian ujian yang harus dilewati oleh seorang murid, maka murid jenis ini akan hilang, seperti debu dibawa angin. Berguru hanya ingin mendapat keuntungan duniawi semata.
Ratusan orang yang mengaku sebagai murid seorang guru.
Bahkan,
Ribuan juta orang mengaku sebagai murid seorang Wali Allah, murid dari Guru Mursyid, namun,
dari sekian banyak tersebut, hanya berada pada lingkaran luar, mengelilingi untuk mengambil berkah, atau hanya menghadapkan wajah kesana, hanya sedikit yang benar-benar larut dalam samudera Maha Luas, masuk ke dalam ilmu tanpa batas dari Guru Mursyid, ESA tak bercerai, siddiq selamanya dari hayat hingga akhir kalam.
Ketahuilah,bahwasanya,
Tidak Mudah Menjadi Guru hakiki,
Menjadi guru bukan sekedar mentrasfer ilmu, lalu selesai, seperti di zaman kita hari ini.
Di dunia modern,
guru tak ubahnya sebatas pembantu kita mentrasnfer ilmunya kepada kita.
Jika demikian yang terjadi,
itu namanya sekedar pengilmuan, menjadikan kita mengetahui ilmu yang diajarkan.
Padahal,
guru tidak semudah itu tugasnya.
Guru adalah mereka yang mempunyai beban mengantarkan muridnya menjadi BERADAB.
Mendidik manusia beradab tidak semudah mentransfer ilmu. Sebab, menjadikan orang beradab itu berarti menjadi orang disiplin dalam dirinya, diri dengan alamnya,diri dengan sesamanya(sesama murid atau orang lain), diri dengan Penciptanya.
Dan tugas ini tidak bisa diemban kalau hanya menjadi guru kelas kacangan, kelas guru-guruan,kelas ngaku ngaku guru.
Mesti guru hakiki yang mengembannya.
Mengapa demikian?
Hal itu karena yang mau dididik itu manusia, bukan hewan, bukan binatang. Manusia secara komprehensif sudah disinggung di atas, mempunyai jasad, akal dan ruh.
Pendisiplinan jasad, akal dan ruh dalam sebuah proses pendidikan itu yang dinamakan ta’dib. Yakni --->
menjadikan manusia beradab, dan menjauhkan manusia dari biadab atau bidunil adab.
Manusia yang sudah beradab pasti mengenal dan mengakui Allah Subhanahu Wata’ala.
Mengenal maksudnya sudah berilmu dengan ilmu yang komprehensif, apakah ilmu yang level rendah, menengah dan tinggi, sehingga tahu hakekat kebenaran yang sebenar benarnya benar (haqiqatul asya’) dan mengakui dengan artian ia berkomitmen menjalankan atau mengamalkan ilmunya sesuai yang diinginkan oleh Sang Pencipta sistem kedisiplinan (adab), baik dalam mikrokosmos (manusia) ataupun dalam makrokosmos (alam raya).
Itulah yang disebut pendidikan sebenarnya dalam Islam.
Dan itulah sebenarnya tugas guru hakiki.
Dari sini kita akan melihat bahwa menjadi guru hakiki itu tidaklah semudah menjadi pentransfer ilmu saja.
Seorang guru hakiki adalah yang fokus kepada tugas pendisiplinan (ta’dib) murid-muridnya. Ia tentu saja tidak disibukkan dengan urusan dunia, seandainya itu dalam keadaan normal.
Walaupun ada kondisi di saat ini kondisi guru sangat sulit karena kurang diperhatikan oleh penguasa, sehingga guru-guru terpaksa berbisnis sebagai aktifitas sampingan. Padahal semestinya, sebagai pengemban tugas yang berat, kesejahteraan guru sudah terjamin. Sebab, ilmu yang hendak disampaikan atau murid yang hendak mencari ilmu, akan berhadapan dengan ilmu yang tak terbatas banyaknya. Sementara usia para murid terbatas. Apalagi usia guru yang biasanya jauh lebih senior. oleh karena itu, perjuangan guru memang luar biasa besarnya dan berat bebannya.Wallahua’lam.
Adapun,
ADAB mencari ilmu selama ini sering diabaikan.
Hubungan antara murid dan guru tak ubahnya penjual dan pembeli. Si murid merasa telah membayar SPP dan uang gedung dengan nilai nominal yang tidak murah sehingga penghormatan kepada guru dianggap sebagai hal yang bukan acuan utama.
Kini,
saatnya kita kembali mendulang adab-adab mencari ilmu yang telah dipanggungkan oleh para ulama sehingga ilmu dapat memberi manfaat, bukan hanya pada tataran duniawi, namun juga pada tataran ukhrawi.
Bagi seorang pencari ilmu hendaklah menyucikan hati dari segala pelanggaran-pelanggaran yang dimurkai Allah.
Adab ini memberi gambaran kepada kita bahwa sebelum memulai aktivitasnya, terlebih dahulu seorang pencari ilmu mengevaluasi kondisi hati.
Adakah penyakit hati yang masih mengendap dalam dirinya sehingga ia harus membersihkannya terlebih dahulu?
Seyogyanya bagi seorang penuntut ilmu menyucikan hatinya dari kotoran-kotoran sehingga ia layak menerima ilmu, menghafal, dan memanfaatkannya.”
Jika seseorang datang dengan membawa sebuah wadah kotor untuk diisi madu di dalamnya, maka orang yang akan membeli madu tersebut pasti akan berkata, Cucilah terlebih dahulu wadah yang kotor ini, baru kamu isi dengan madu.
Dalam masalah dunia saja, wadah yang kotor perlu dibersihkan, maka bagaimana dapat rahasia-rahasia ilmu Allah itu justru diletakkan di dalam hati-hati yang dekil bin kotor ?
Adab ini merupakan langkah awal bagi para pencari ilmu, tak terkecuali para guru, untuk membersihkan hati dari penyakit-penyakit yang malah menjadi penghalang masuknya ilmu dalam ruhani.
Ilmu tidak terletak pada ijazah, raport, dan gelar akademik semata, tapi pada manfaat dan amal sebagai buahnya ilmu. Dan, itu tak akan mungkin terwujud tanpa hati yang bersih.
Hendaklah ikhlas karena Allah di dalam mencari ilmu.
Seseorang tidak diperkenankan mencari ilmu dengan kemuliaan diri yang melekat. Apalagi mendatangi guru hanya niat ingin menyamakan pelajaran ilmu. :)
Misal: niat datang untuk menyamakan keilmuan yang didapat dari guru lainnya,lalu menyampaikan ilmu yang didapat dari guru dengan menyertakan nama guru A,dilain hari menyampaikan ilmu dari guru B,C dan D,yang tidak pernah didapat dan diajarkan guru A, dengan ilmu pengobatan melalui media ,scan hati misalnya, tanpa menyertakan dari guru mana ia dapatkan, ini yang dikatakan mencampur aduk, tidak bisa dihindari jika ada murid murid dari guru A yang mengatakan mencampur aduk ilmu tauhid yang didapat dari guru A dan kebathinan sebab ada ilmu pengobatan tsb,atau cara cara zikir yang beda antara guru A dan B misalnya.
Tidak ada yang salah selama niatnya untuk menolong sesama dalam pengobatan, namun ada baiknya tidak dipublikasikan secara umum, ini lbh bersifat wara' untuk menghindari kesalah pahaman. Allahu a'lam.
Jadi,jelasnya,
orang pencari ilmu mesti ikhlas karena Allah. Dengan modal ikhlas tersebut, ia berusaha membuat hati gurunya ridha mengangkat dan mengakui sebagai murid setianya.
Untuk itu,lakukanlah kebaikan niscaya kamu akan termasuk sebagai ahli kebaikan. Ketahuilah, seseorang tidak akan diberi kebahagiaan berkumpul dengan para ulama kecuali orang yang taat kepada mereka. Maka taatilah para ulama, niscaya kamu akan memperoleh kebahagiaan. Berkhidmatlah kepada mereka, pasti kamu akan mendapatkan ilmu mereka.
Lalu,
Hedaklah memberi pengertian bahwa pencari ilmu mesti menanggalkan kebanggaan nasab, ilmu ilmu yang sebelumnya dia dapat dari guru guru lainnya,kedudukan, dan harta yang ia miliki.
Ia lepaskan demi terjun secara total meraih ilmu lewat para guru dan ulama dengan penuh keihlasan kepada Allah Subhannahu Wata’ala.
Jadi,
Yang harus ada pada diri penuntut ilmu adalah ---> memakai ADAB.
Pencari ilmu mesti jeli melihat, mengamati, dari tiap jengkal langkah hidupnya, menghindari segala bentuk perbuatan tercela dalam hal apapun,Tidaklah berlalu sesaat dari umurnya, kecuali ia isi dengan kebajikan.
Ambillah ilmu yang hendak kita miliki sebanyak-banyaknya namun janganlah kita absen dari ADAB. Dengan adab, ilmu menjadi berkah.
Seharusnya seorang murid tidak memiliki sifat-sifat tercela seperti dengki, menggunjing orang lain, menipu, berbuat zalim, merampas hak orang lain,mengambil sesuatu yang bukan haknya dan tanpa izin pemiliknya,sombong, mengaku aku,dusta, membanggakan diri dengan ilmu atau kemewahan, memenuhi kesenangan nafsu.
Seorang murid hendaknya tidak memimpin di majelis, tidak mengaku senior dan merekrut orang orang untuk membentuk pengajian,tidak melihat dirinya mengungguli orang-orang muslim yang lain, dan seterusnya.
Maka barangsiapa mengaku dirinya benar dalam keinginannya sementara ia memiliki sifat-sifat tercela, maka ia bukanlah murid yang benar,bukan murid Siddiq dan tidak akan ada sesuatu yang bakal muncul dari pembelajaran yang ditempuhnya.
Sebab sifat-sifat tercela itu akan menghentikan perjalanan orang yang bersangkutan, bahkan akan melemparkannya jauh dari hadirat Allah Ta'ala menuju ke hadirat setan, sebab sifat-sifat tercela merupakan sifat-sifat setan. — Dan hanya Allah Yang Maha tahu.
Seorang murid hendaknya menutup pintu yang menjaga keagungannya dan pandangan makhluk. Ia juga tidak boleh memperhatikan siapa pun yang datang kepadanya atau yang pergi meninggalkannya kecuali dengan cara yang dibenarkan oleh syariatnya.
Sebab di antara syarat-syarat murid yang benar adalah lebih suka menjauh dari manusia dan tidak mencari kedudukan di mata mereka.tidak mencari pengakuan dari manusia.
Lalu apa keuntungan yang ia peroleh dan yang mereka dapatkan?
Dan tidak sepantasnya seorang murid menghadiri majelis-majelis yang tidak bermanfaat, atau forum yang hanya untuk mencari muka, perdebatan, membanggakan diri dan pamer, sekalipun itu majelis keilmuan.
Sebab sedikit sekali bisa diharapkan selamat, mencari ilmu dengan diikuti faktor-faktor tersebut.
Maka wajib bagi kalian wahai saudaraku, untuk selalu menyendiri kecuali bila menghadiri jamaah dzikir dan majelis-majelis ilmu yang selamat dari sifat-sifat tercela .
janganlah menghadiri majelis-majelis ilmu yang diduga kuat para pesertanya tidak memiliki keikhlasan, karena majelis ini hanya akan mengakibatkan kegelapan di hatimu. Oleh karenanya,kamu harus menjauh dari mereka setelah tahu apa yang diperintahkan oleh Allah untuk mengajarkannya. Sebab,kamu akan melihat berbagai keanehan, di mana sebagian besar dari mereka telah menjadikan perjalanan ilmu tauhid keluar dari ajaran-ajaran syariat,memakai ilmu ilmu klenik,scan hati,terawang, pengobatan dipaparkan dan hakikat cinta dianggap dalam tarekat.
Tidak ada yang perlu dicari oleh seorang murid yang benar kecuali hanya Allah, yakni dengan hal itu akan semakin menambah ma’rifat. Tapi kalau tidak, maka al-Haq sudah dikenal oleh semua umat muslim, dan sudah maklum wujud-Nya.
Sebenarnya,Tidak pantas seseorang mencari Allah. Sebab istilah mencari hanya cocok untuk sesuatu yang hilang, sedangkan Allah senantiasa wujud menurut kelompok mana pun, bahkan menurut kaum ateis sekalipun.
Sebab wujud Allah tidak pernah hilang, namun yang tidak ditemukan oleh mereka hanyalah sifat-sifat-Nya, dan bukan yang lain.
Di antara syarat-syarat murid yang benar hendaknya tidak pernah bosan untuk selalu melihat kekurangan yang ada pada kondisi spiritualnya. Sebab dengan melihat kekurangan ini akan membuka pintu peningkatan spinitualnya. Sungguh Allah memberi orang yang merasa kurang dalam kondisi spiritualnya apa yang tidak pernah diberikan kepada orang-orang yang biasa mendapatkan nikmat.
Apabila seorang murid tidak sanggup mengikuti perilaku Rasulullah, baik ucapan maupun perbuatannya, maka hendaknya meniru akhlak gurunya yang tidak jauh dari akhlak Rasulullah . Kalau ia tidak bisa mengikuti akhlak gurunya, ia bakal hancur.
Khalwatnya seorang murid yang benar adalah pada sajadahnya, sedangkan khalwatnya adalah rahasia dan kesenangannya. Di antara syarat murid yang benar hendaknya tidak ada yang membuatnya sakit hati, tidak berbicara dengan sesuatu yang tak bermanfaat, dan tidak pernah mengumpat sama sekali terhadap musibah yang menimpanya. Apabila diuji dengan mendapatkan bencana, ia akan bersabar, dan apabila mampu menguasai orang yang memusuhinya, maka akan memaafkannya. Ia akan memakmurkan bumi dengan jasadnya, dan memakmurkan langit dengan hatinya, di mana cara yang ditempuhnya adalah menahan kejengkelan, pengorbanan dan lebih mengutamakan kepentingan orang lain daripada dirinya sendiri. — Dan hanya Allah Yang Maha tahu.
Di antara perilaku yang harus dilakukan murid adalah mengurangi makan dan tidur semampu mungkin ( puasa dan shalat malam), terutama di waktu sahur. Sebab tidur di waktu tersebut tidak ada manfaat duniawinya dan terutama akhiratnya. Sedangkan memperbanyak tidur hanyalah kerugian, sebab tidur adalah saudara kandung kematian.
Bagaimana murid yang benar mengaku sudah bermakrifat,sudah paham tauhid sementara ia tidur di saat-saat orang yang sedang bangun bisa mendapatkan jarahan dan waktu membuka gudang simpanan, waktu menyebarkan ilmu, dan menampakkan apa yang tersimpan?
Apakah murid pembohong ini tidak merasa malu untuk mengaku seperti itu? Sementara kemauannya sudah tidur mendengkur, dan keteguhannya pun padam, sementara dalam kondisi seperti ini ia masih sempat mengaku-ngaku kejujuran!
Seorang murid yang benar mesti dari hatinya akan memancarkan hikmah, yang akhirnya akan menyembuhkan orang buta hati.
Seorang murid harus bersabar memikul beban penderitaan yang menyakitkan hatinya, tekun dalam menjalankan ibadah, baik siang maupun malam hari, tidak pernah jenuh dan bosan sampai ia merasakan ketenangan dalam mencintai Allah Ta'ala. Apabila ia sudah merasakan ketenangan untuk mencintai-Nya maka ia tidak akan menoleh kepada yang lain, baik di dunia maupun di akhirat kecuali atas izin-Nya.
Apabila hati seorang murid tidak bisa lembut, yakni bersih dari segala kotoran, maka dari mata hatinya tidak akan memancarkan sinar, sekalipun ia beramal dengan amal orang-orang saleh. Dan apabila sinar cahayanya sudah tampak pada orang-orang tertentu atau orang-orang awam, maka adabnya hendaklah ia menutupi dirinya sehingga manusia tidak bisa menyaksikan cahaya tersebut, agar ia bisa keluar dari dunia dengan modal pokoknya secara sempurna dan tanpa kekurangan.
Setiap murid yang menyimpan kejelekan, di mana ketika aibnya terbuka akan malu, baik di dunia maupun di akhirat,
Termasuk di antara perilaku seorang murid, hendaknya lembaran (catatan amal)nya tidak ada yang hitam, akan tetapi lembaran-lembaran amalnya setiap harinya dilipat dengan putih bersih yang berisikan amal-amal suci yang diridhai oleh Allah.
Amal perbuatan seorang murid hendaknya sesuai dengan syariat suci, baik hukum yang bersifat nash (dogma) maupun hasil ijtihad yang bersih dan syathahat menurut lahiriah syariat.
Sebab syariat merupakan batas ketentuan yang pasti dan ibarat sebuah pedang tajam yang melindungi.
Barangsiapa menginginkan agar ia benar-benar jujur dalam keinginannya, seluruh amal perbuatan dan ucapannya, maka hendaknya menahan dirinya dalam puncak syariat, menyetempelnya dengan stempel hakikat, membunuhnya dengan pedang mujahadat dan memberi minum dengan pahitnya penderitaan.
“Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah Utusan Allah, yang Dia utus dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, dengannya Dia akan menunjukkan kepada siapa pun hamba-hamba-Nya yang dikehendaki.”
Allahu a'lam :)